Sabtu, 30 Agustus 2014

PROSES PEMBEKUAN DARAH, UJI GOLONGAN DARAH, DAN TEKANAN DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

PROSES PEMBEKUAN DARAH,
UJI GOLONGAN DARAH,
DAN TEKANAN DARAH

Description: http://dc263.4shared.com/img/nAlb-H2z/s7/LOGO_SMAN_1_REMBANG.jpg
 








Disusun oleh :
1.      Mirna Chrismawati (15)
2.      Misbahul Munir      (16)
3.      Putri Wijayanti        (24)


SMA NEGERI 1 REMBANG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PROSES PEMBEKUAN DARAH

A.    Tujuan
Menentukan lama waktu yang diperlukan darah untuk membeku
B.     Landasan Teori
Bila pembuluh darah dipotong atau dirobek, sangat penting untuk menghentikan keluarnya darah dari system sebelum berakhir dengan kegoncangan atau kematian. Pemadatan atau pembekuan darah mampu menghentikan semua perdarahan ini kecuali pada pembuluh darah yang rusak  keeping darah  melekat pada permukaan dalam dinding pembuluh tersebut. Pembuluh darah dan sel-sel darah rusak di daerah ini melepaskan bahan bersifat lemak yang diaktifkan oleh protein-protein tertentu (faktor pembekuan) di dalam darah membentuk “tromboplastin”. Dengan adanya ion kalsium dan faktor pembeku tambahan protombin (suatu globulin serum yang di buat terus menerus oleh hati) menjadi trombin (Kimball, 1983 : 536).
Pembekuan atau penggumpalan darah atau disebut juga koagulasi terjadi apabila darah ditampung dan di biarkan begitu saja, akan terjadi suatumassayang menyerupai gel yang kemudian menjadimassayang memadat dengan meninggalkan cairan jernih yang disebut serum darah. Kumpulan ini terjadi dari filament-filamen fibria yang mengikat sel darah merah. Sel darah merah platelef (Hoffbrand, 1987 : 206).
Koagulasi darah atau pembekuan darah adalah transformasi darah dari cairan menjadi gel padat. Pembentukan bekuan di atas sumbat trombosit memperkuat dan menunjang sumbat, memperkuat tambalan yang menutupi lubang-lubang si pembuluh. Selain itu seirng dengan memadatnya darah disekitar defek pembuluh, darah tidak lagi dapat mengalir (Sherwood, 1986 : 357).
C.     Alat dan Bahan
1.      Gelas benda
2.      Blood lancet atau jarum
3.      Kapas
4.      Tusuk gigi
5.      Stopwatch
6.      Alkohol 70%
D.    Cara Kerja
1.      Bersihkan ujung blood lancet atau jarum menggunakan kapas yang telah dibasahi alkohol 70%.
2.      Selanjutnya, bersihkan salah satu ujung jari menggunakan kapas yang telah dibasahi alkohol 70%.
3.      Tusukkan blood lancet atau jarum pada ujung jari tersebut sampai darah menetes keluar.
4.      Teteskan darah sebanyak 2 tetes di atas gelas benda yang sudah dicuci bersih.
5.      Aduk perlahan-lahan tetesan darah menggunakan tusuk gigi. Aduklah sampai darah mengental dan terlihat benang-benang fibrin.
6.      Catatlah waktu yang diperlukan darah untuk mengental, dimulai dari saat mengaduk sampai terlihat benang-benang fibrin.
7.      Lakukan percobaan ini pada setiap anggota kelompok dan bandingkan waktu pembekuan darahnya.
8.      Catatlah hasil pengamatan dalam tabel seperti berikut!
E.     Hasil Pengamatan
No.
Nama Probandus
Waktu (detik)
1.
Mirna Chrismawati
198
2.
Misbahul Munir
234
3.
Putri Wijayanti
245

F.      Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan, lama waktu yang dibutuhkan Mirna Chrismawati untuk mengentalkan setetes darah pada gelas benda yang diaduk menggunakan tusuk gigi yaitu 198 detik, sementara Misbahul Munir 234 detik dan Putri Wijayanti yaitu 245 detik.
Darah akan mengental setelah diaduk menggunakan tusuk gigi karena trombosit di dalam darah bergesekan dengan tusuk gigi sehingga mengeluarkan trombokinase dengan ion-ion Ca2+ akan mengubah protombin menjadi trombin. Dan trombin akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang menyebabkan darah menjadi mengental.
Proses pembekuan darah terjadi pada saat terjadi luka di tubuh kita. Darah akan keluar dan disusul dengan menempelnya trombosit pada serat kolagen dan dikeluarkan zat yang membuat trombosit saling berdekatan, kemudian menempel erat sehingga dapat menutup luka untuk sementara waktu. Di samping itu, trombosit juga mengeluarkan senyawa kimia berupa enzim trombokinase yang bersama-sama ion Ca2+ mengubah protein plasma protrombin menjadi trombin. Lalu trombin akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang akan menutup luka dengan pembekuan darah. Lamanya proses pembekuan darah pada setiap orang berbeda-beda karena tergantung dari faktor anti heparinnya yaitu zat yang mempercepat pembekuan darah.
G.    Kesimpulan
Di dalam proses pembekuan darah terjadi serangkaian mekanisme pembekuan darah dimana proses pembekuan darah tiap orang berbeda tergantung faktor anti heparin pada tubuh tiap orang.
UJI GOLONGAN DARAH

A.    Tujuan
Menentukan jenis golongan darah berdasarakan sistem ABO.
B.     Landasan Teori
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Tranfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi trnsfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, shock, dan kematian.
Darah adalah cairan yang berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Volume darah manusia ± 7 % dari berat badan atau ± 5 liter untuk laki–laki dan 4,5 liter untuk perempuan. Penyimpanan darah dapat dilakukan dengan memberikan natrium sitrat atau natrium oksalat, karena garam–garam ini menyingkirkan ion–ion kalsium dari darah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah.
Darah merupakan suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut dengan plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interselular yang berbentuk plasma. Secara fungsional darah merupakan jaringan pengikat yang dalam artiannya menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Darah yang merupakan suspensi tersebut terdapat gen, dimana gen merupakan ciri-ciri yang dapat diamati secara kolektif atau fenotifnya dari suatu organisme. Pada organisme diploid, setiap sifat fenotif dikendalikan oleh setidak-tidaknya satu pasang gen dimana satu pasang anggota tersebut diwariskan dari setiap tertua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya, maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal, misalnya gen yang mengendalikan sifat keturunannya.
Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen (protein yang larut dalam plasma) diubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring. Perubahan tersebut disebabkan oleh trombin yang terdapat dalam darah sebagai protrombin. Pembentukan trombin dari protrombin tergantung pada adanya tromboplastin dan ion Ca2+. Darah mempunyai fungsi antara lain : mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, mengangkut karbondioksioda dari jaringan tubuh ke paru-paru, mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh, mengangkut sisa-sisa makanan dari seluruh jaringan tubuh ke alat-alat ekskresi, mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke bagian tubuh tertentu, mengangkut air untuk diedarkan ke seluruh tubuh, menjaga stabilitas suhu tubuh dengan memindahkan panas yang dihasilkan oleh alat-alat tubuh yang aktif ke alat-alat tubuh yang tidak aktif, menjaga tubuh dari infeksi kuman dengan membentuk antibodi.
Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam sistem ABO. Pada tahun 1900 dan 1901 Landstainer menemukan bahwa penggumpalan darah (Aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Pada orang lain lagi, campuran tersebut tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan hal tersebut Landstainer membagi golongan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu: A, B, AB, dan O. Dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, sedangkan dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut sebagai antibodi atau aglutinin. Dikenal 2 macam antigen yaitu α dan β, sedangkan zat antinya dibedakan sebagai anti A dan anti B.
1.      Prinsip Dasar Penggolongan Darah
a.       Faktor yang menentukan golongan darah manusia berupa antigen yang terdapat pada permukaan luar sel darah merah disebut Aglutinogen.
b.      Zat anti terhadap antigen tersebut disebut zat anti atau antibodi yang bila bereaksi akan menghancurkan antigen yang bersangkutan disebut Aglutinin dalam plasma, suatu antibodi alamiah yang secara otomatis terdapat pada tubuh manusia.
2.      Golongan darah manusia ditentukan bedasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :
a.       Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membrane selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
b.      Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan Sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darh B-negatif atau O-negatif.
c.       Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positf tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
d.      Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
3.      Reshus pada golongan darah manusia dapat diketahui melalui serum anti-Rh yang diteteskan pada darah manusia. Apabila darah tersebut ketika ditetesi dengan anti-Rh mengalami penggumpalan maka darah tersebut memiliki rhesus positif. Namun, apabila darah tersebut ketika ditetesi dengan anti-Rh tidak mengalami penggumpalan maka darah tersebut memiliki rhesus negatif.
C.     Alat dan Bahan
1.      Gelas benda
2.      Lanset
3.      Kapas
4.      Tusuk gigi
5.      Pipet
6.      Alkohol 70%
7.      Serum anti-A dan serum anti-B
8.      Spidol
D.    Cara Kerja
1.      Tulisi permukaan gelas benda dengan huruf A (di bagian kiri), huruf B (di bagian tengah), dan huruf O (di bagian kanan).
2.      Bersihkan ujung jari dengan menggunakan kapas yang telah diberi alkohol. Tusukkan lanset pada ujung jari tengah, kemudian teteskan pada gelas benda (di bagian A, B, dan O).
3.      Berilah setetes serum anti-A pada darah bagian A, serum anti-B pada darah bagian B, dan serum antigen-Rh pada darah bagian Rh.
4.      Aduk darah yang telah diberi anti serum dengan menggunakan tusuk gigi. Tusuk gigi yang sudah digunakan untuk mengaduk darah bagian A jangan digunakan lagi untuk mengaduk darah bagian B dan Rh.
5.      Amati setelah lima menit.
E.     Hasil Pengamatan
No.
Nama
Serum
Golongan Darah
Anti-A
Anti-B
Anti-Rh
1
Mirna Chrismawati
+
-
-
B -
2
Misbahul Munir
+
-
-
B -
3
Putri Wijayanti
+
-
-
B -
F.      Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil data sebagai berikut
1.      Sampel darah dari Mirna Chrismawati, saat darah ditetesi dengan Anti-A darah menggumpal, ditetesi dengan anti-B darah tidak menggumpal dan saat darah ditetesi dengan anti-Rh darah tidak mengalami penggumpalan sehingga darah tersebut termasuk golongan darah B dengan rhesus negatif.
2.      Sampel darah dari Misbahul Munir, saat darah ditetesi dengan Anti-A darah menggumpal, ditetesi dengan anti-B darah tidak menggumpal dan saat darah ditetesi dengan anti-Rh darah tidak mengalami penggumpalan sehingga darah tersebut termasuk golongan darah B dengan rhesus negatif.
3.      Sampel darah dari Putri Wijayanti, saat darah ditetesi dengan Anti-A darah menggumpal, ditetesi dengan anti-B darah tidak menggumpal dan saat darah ditetesi dengan anti-Rh darah tidak mengalami penggumpalan sehingga darah tersebut termasuk golongan darah B dengan rhesus negatif.
G.    Kesimpulan
Saat darah titetesi anti-A darah menggumpal maka termasuk golongan darah A
Saat darah titetesi anti-B darah menggumpal maka termasuk golongan darah B
Saat darah titetesi anti-A&B darah menggumpal maka termasuk golongan darah AB
Saat darah titetesi anti-A&B darah tidak menggumpal maka termasuk golongan darah O
Saat darah titetesi anti-Rh darah tidak menggumpal maka termasuk golongan darah yang memiliki rhesus negatif



TEKANAN DARAH

A.    Tujuan
Mengukur tekanan darah sistol dan diastol.
B.     Landasan Teori
·         Defenisi Tekanan Darah
Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya adalah 140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah.
Berikut ini penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran dengan tensimeter untuk tekanan sistolik dan diastolik: 
Tekanan Darah
Sistolik
Diastolik
Darah rendah atau hipotensi
Di bawah 90
Di bawah 60
Normal
90 – 120
60 – 80
Pre-hipertensi
120 – 140
80 – 90
Darah tinggi atau hipertensi (stadium1)
140 – 160
90 – 100
Darah tinggi atau hipertensi (stadium2/berbahaya)
+160
+100
·         Tekanan Darah Arterial
Tekanan darah arterial ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap siklus jantung. Selama sistol ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak yang disebut tekanan sistolik. Selama diastol, tekanan turun. Nilai terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik.
Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah teregang. Selama diastol arteri masih tetap mengembung karena tahanan periferi dari arteriol –arteriol menghalangi semua darah mengalir ke semua jaringan. Demikianlah maka tekanan darah sebagian tergantung pada kekuatan dan volume darah yang dipompa oleh jantung, dan sebagian lagi kepada kontraksi otot dalam dinding arteriol. Kontraksi ini dipertahankan oleh syaraf fase konstriktor dan ini dikendalikan oleh pusat fasomotorik dalam medulla oblongata.
Pusat fasomotorik mengatur tahanan poriferi untuk mempertahankan agar tekanan darah relative konstan, tekanan darah mengalami sedikit perubahan-perubahan gerakan yang fisiologik. Seperti saat latihan jasmani, ada perubahan mental karena kecemasan dan emosi serta aktivitas. Oleh karena itu sebaiknya tekanan darah diukur saat rileks seperti duduk atau rebahan.
·         Mengukur Tekanan Darah Arteri
Dalam mengukur tekanan darah arteri digunakan alat yang disebut sphygmomanometer. Lengan atas dibalut dengan selembar kantong karet yang dapat digembungkan, yang terbungkus dalam sebuah manset dan yang digandengkan dengan sebuah pompa dan manometer. Tekanan dalam karton karet cepat naik sampai 200 mmHg dengan  memompakan tekanan  sehingga menjepit arteri brachial, sampai  suhu titik dimana denyut dapat dirasakan atau lebih tepat, bila menggunakan stetoskop denyut arteri brachialis pada lekukan siku dengan jelas dapat didengar. Pada titik ini tekanan yang tampak pada kolom air raksa dalam manometer dianggap tekanan sistolik. Kemudian tekanan yang berada diatas brachialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau pukulan denyut arteri dengan jelas dapat didengar atau dirasakan dan titik dimana bunyi mulai menghilang umumnya dianggap tekanan diastolic.
C.     Alat dan Bahan
1.      Sphygmomanometer
2.      Stetoskop
D.    Cara Kerja
1.      Bebatlah lengan kiri salah satu teman menggunakan bebat pada Sphigmomanometer.
2.      Carilah posisi pembuluh darah arteria branchialis, lalu letakkan stetoskop di pembuluh tersebut.
3.      Pompalah udara ke dalam pembebat, hingga air raksa menunjukkan angka 170 mmHg. Setelah itu keluarkan udara sedikit demi sedikit dan catat bunyi pertama saat udara dikeluarkan. Bunyi ini sebagai tanda desakan sistol. Lalu catat pula bunyi terakhir saat denyut melemah. Bunyi ini sebagai desakan diastol.
4.      Catatlah hasil pengamatan tekanan darah dalam tabel berikut!
E.     Hasil Pengamatan
No.
Nama
Tekanan Sistol
Tekanan Diastol
1.
Mirna Chrismawati
85 mmHg
126 mmHg
2.
Misbahul Munir
90 mmHg
130 mmHg
3.
Putri Wijayanti
75 mmHg
120 mmHg


F.      Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan mengukur tekanan darah sistol dan diastol. Tekanan darah sistol maupun diastol merupakan salah satu indikator parameter fungsi fisiologis terutama untuk manusia. Tekanan darah dapat diukur secara langsung dengan menempatkan alat pengukur pada pembuluh arteri. Pada manusia pengukuran tekanan darah sistol dan diastol dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan sabuk tekan dan sphygmomanometer. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan cara auskultasi saat duduk dapat diperoleh data sebagai berikut :
            Percobaan 1
            Nama                           : Mirna Chrismawati
            Tekanan sistol             : 85 mmHg
Tekanan diastol           : 126 mmHg
Percobaan 2
Nama                           : Misbahul Munir
            Tekanan sistol             : 90 mmHg
Tekanan diastol           : 130 mmHg
Percobaan 3
Nama                           : Putri Wijayanti
            Tekanan sistol             : 75 mmHg
Tekanan diastol           : 120 mmHg
Terjadinya tekanan sistol dan diastol karena jantung memiliki saraf otonom yang terdiri atas saraf simpatik dan parasimpatik. Simpatis berperan dalam meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung, sedangkan parasimpatis berperan sebaliknya. Dengan demikian rasangan saraf simpatik akan berakibat meningkatkan tekanan darah, dan sebaliknya rangsangan saraf parasimpatik akan menurunkan tekanan darah.
G.    Kesimpulan

Tekanan darah seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal seperti umur seseorang maupun dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar